Psikologi : Interaksi Individu
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia hidup tidak lepas dari
pertolongan manusia, karena manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan
begitu manusia butuh interaksi dengan lingkungan supaya mengenal yang satu
dengan yang lain.
Telah dikemukakan bahwa lingkungan mempunyai peranan
yang penting dalam perkembangan individu. Jika lingkungannya baik maka individu
akan menjadi baik tapi jika lingkungannya tidak baik maka individu tersebut
akan terbawa ke lingkungan yang tidak baik pula. Pada umumnya pengaruh
lingkungan itu bersifat pasif dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan
suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kesempatan-kesempatan
kepada individu.[1]
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam
perkembangan individu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Individu dengan
lingkungannya
Lingkungan
secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.
Lingkungan Fisik
Yaitu Lingkungan
yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musin dan sebagainya.
Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada
individu. Misalnya : Daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain
apabila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dinging
akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang penuh dengan musim
panas.
2.
Lingkungan Sosial
Yaitu
merupakan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat ini adanya
interaksi individu satu dengan individu yang lain. Keadaan masyarakat pun akan
memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial
ini biasanya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a.
Lingkungan sosial primer, yaitu
lingkungan sosial dengan adanya hubungan yang erat antara anggota satu dengan
anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dangan anggota lain. Oleh
karena diantara anggota teklah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu
pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam dibandingkan dengan
lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
b.
Lingkungan sosial sekunder,
yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan anggota lain agak
longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota lain kurang atau tidak saling
kenal mengenal.
Pengaruh
lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat komplek dalam
perkembangan individu. Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata berjalan
searah, artinya hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh individu.
Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat. hubungan yang saling
timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya
individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.[2]
Bagaimana
sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Individu menolak atau menentang
lingkungan. Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam
diri individu.
2.
Individu menerima lingkungan.
Dalam hal ini keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri
individu.
3.
Individu bersikap netral. Dalam
hal ini individu tidak menerima tetapi tidak juga menolak. Individu dalam
keadaan status quo terhadap lingkungan.
B.
Hubungan Individu dengan Keluarga dan Masyarakat.
1.
Hubungan Individu dengan
Keluarga
Setiap individu
lazim memiliki ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya. Sehingga memberikan
identitas khusus yang disebut kepribadian. Masyarakat juga dapat disebut dengan
kerumunan atau himpunan manusia, setiap individu dituntut untuk :
1.
Memiliki kedudukan atau peranan
dalam lingkungannya
2.
Memiliki tingkah laku yang khas
3.
memiliki kepribadian
Artinya jika
ketiga hal tersebut tidak berhasil dimiliki seseorang, maka orang tersebut akan
cenderung tidak disenangi oleh orang-orang lain disekitarnya (masyarakat).
Seseorang yang
tidak diketahui apa kedudukannya atau peranannya dalam masyarakat tidak akan
dihormati orang lain. Demikian pula masyarakat cenderung tidak menyenangi
orang-orang yang tidak memiliki tingkah laku yang khas atau tidak memiliki
kepribadian.
Untuk mencegah
hal tersebut, maka individu harus berhubungan dengan keluarga terlebih dahulu.
Karena keluarga merupakan kelompok pertama (primary group) dalam menata
individu. Keluarga akan melahirkan individu dengan dengan berbagai macam
bentukkepribadian dan sikap serta perilaku.
Menurut
William J. Goode (1983), keluarga dibentuk dengan fungsi-fungsi sebagai berikut
:
1.
Pemuas kebutuhan individual,
hal ini dapat ditunjukkan contoh yang konkret misalnya dibidang cinta,
kebutuhan seks maupun kebutuhan untuk menjaga rahasia pribadi.
2.
Reproduksi, mangandung arti
beranak pinak atau melahirkan keturunan.
3.
Pemeliharaan
4.
Sosialisasi , yang dimaksud
adalah tugas setiap ayah dan ibu untuk membimbing atau memperkenalkan dan
mengertikan norma-norma kehidupan kepada anak-anaknya.
5.
Penempatan anak dalam
masyarakat
6.
Pengaturan seksual, adalah
fungsi untuk melestarikan atau membudi dayakan aturan-aturan hubungan seksual
pada manusia. Yang dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a.
Menanamkan norma-norma
keabsahan dalam hubungan seks.
b.
Menegakkan tabu-tabu dalam
keluarga dalam hubungan seks dengan keluarga terdekat
c.
Mencegah penyimpangan dalam
hubungan seksual.
7.
Kontrol sosial, maksudnya
adalah tugas setiap ayah dan ibu untuk selalu mengawasi dan mengontrol
anak-anaknya agar tidak menyimpang atau bahkan melanggar aturan-aturan dalam
masyarakat.
Adapun
hubungan individu dengan keluarga ada 2 fungsi. Pertama, fungsi internalisasi
atau menanamkan aturan-aturan hidup masyarakat, sehingga dihayati oleh
individu. Dan yang kedua fungsi sosialisasi atau membimbing setiap individu
agar mempu hidup sebagai warga masyarakatyang baik dengan selalu mengindahkan
norma-norma sosial.
Bentuk-bentuk
hubungan individu dengan keluarganya berlangsung menurut tahp-tahap berikut :
1.
Tahap hubungan biologis, yaitu tahap
dimana intensitas hubungan individu dengan keluarga dilakukan melalui anggota
badan
2.
Tahap hubungan ekonomis, ialah
tahap dimana intensitas hubungan individu dengan keluarganya dilakukan melalui
kerjasama atau bantuan ekonomis.
3.
Tahap hubungan sosial, ialah
tahap dimana hubungan individu dengan keluarga tinggal berlangsung seperti
hubungan individu dengan orang lain.
2.
Hubungan Individu dengan
Masyarakat
Kecenderungan
manusia untuk hidup bermasyarakat merupakan kecenderungan yang bersifat fitri
seperti halnya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berkeinginan secara
fitri untuk membentuk sebuah keluarga. Jadi masyarakat terbentuk oleh adanya
hubungan individu-individu yang terkait secara fitrah dan alamiah untuk
membangun sebuah komunitas besar. Masyarakat bukan terbentuk berdasarkan sebuah
keterpaksaan, sebagaimana beberapa individu berkumpul untuk mengantisipasi
adanya serangan dari luar dana bukan pula berdasarkan proses kesadaran sebagai
langkah terbaik untuk mempermudah tercapainya kepentingan masing-masing
individu secara bersama-sama, sebagaimana sejumlah individu berkumpul dan
sepakat bekerjasama dalam mencapai tujuannya masing-masing. Masyarakat
didefinisikan sebagai adanya kumpulan dari berbagai individu secara fitri dalam
suka maupun duka dalam mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Karena itu selain
faktor geografis dan sistem sosial, individu sendiri merupakan salah satu unsur
terbentuknya masyarakat. Tanpa individu masyarakat pun tidak ada.
Masyarakat
itu sendiri merupakan senyawa sejati, sebagaimana senyawa alamiah yang lahir
dari proses sintesis. Namun yang bersintesis adalah jiwa, pikiran cita-cita
serta hasrat. Jadi proses sintesis disini adalah bersifat kebudayaan. Dengan
demikian individu dan masyarakat mempunyai kemerdekaan masing-masing, oleh
karenanya masing-masing memiliki kemampuan untuk mempengaruhi yang lainnya.
Manusia secara fitri memiliki kecenderungan untuk hidup bermasyarakat, maka
yang baik bagi kehidupan manusia adalah hidup sesuai dengan fitrah tersebut
dengan bersama-sama dan ditengah-tengah masyarakat untuk mencapai cita-cita dan
idealitas bersama.Maka untuk mewujudkan hal itu diperlukan adanya ikatan
persaudaraan dan kerukunan antar sesama umat manusia.
Pertanggung
jawaban setiap individu selain bersifat individual juga bersifat kolektif.
Pertanggung jawaban yang bersifat individual terjadi ketika sebuah perbuatan
memiliki dua faktor yaitu : pelaku (sebab aktif) dan sasaran yang dituju (sebab
final). Namun apabila dalam perbuatan tersebut terdapat faktor ketiga yait
sarana dan peluang yang diberikan untuk terjadinya perbuatan tersebut dan
lingkup pengaruhnya (sebab material), maka tindakan tersebut menjadi tindakan
kolektif, seperti halnya adzab kolektif yang menimpa kaum tsamud yang
disebabkan salah satu kawan mereka membunuh unta Nabi Sholeh As. Jadi
masyarakat adalah pihak yang memberikan landasan bagi tindakan kolektif dan
membentuk sebab material. Ini berarti, tiap-tiap individu memiliki andil besar
dalam mengubah wajah dunia atau mengarahkan perjalanan sebuah masyarakat kearah
yang lebih baik atau bahkan kehancuran. Oleh sebab itu dalam upaya menciptakan
masyarakat yang berbudaya luhur dan berperadaban mulia, AL Qur’an menyerukan
kepada kita agar selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Dengan
demikian untuk menghadapi ancaman-ancaman tersebut manusia memerlukan adanya
sebuah sistem sosial yang adil dan memiliki nilai sakralitas serta kesucian
yang berdasarkan tauhid dan berlandaskan wahyu Allah SWT (Al Qur’an) sebagai
petunjuk yang mengajarkan suatu pandangan dunia bahwa segala sesuatu milik
Tuhan. Kesadaran akan sakralitas dan kesucian sistem tersebut memberikan
implikasi penghambaan terhadap Tuhan. Berdasarkan kesadaran dan pertimbangan
seperti itu maka interaksi individu dengan individu lainnya dalam hubungan
terhadap alam akan berubah dari watak hubungan antara tuan atau raja dengan
budaknya menjadi hubungan antara hamba Tuhan dengan hamba Tuhan yang lain
dengan mengambil tugas dan peran berdasarkan kapasitasnya masing-masing.
Tahap-tahap
sosial individu sampai dia mampu terjun ke masyarakat luas dapat digambarkan
sebagai berikut :
a.
Keluarga (primary group)
b.
Lembaga sosial
c.
Komunitas sosial
d.
Masyarakat sosial
e.
Bangsa
BAB
III
KESIMPULAN
Dari pembahasan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusiatidak bisa berdiri
sendiri tapi saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hubungannya dengan
lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.
Lingkungan fisik yang berupa
lingkungan alam
2.
Lingkungan sosial yang berupa
lingkungan masyarakat.
Sedangkan lingkungan sosial sendiri
dibedakan menjadi dua :
a.
Lingkungan sosial primer
b.
Lingkungan sosial sekunder
Sikap
individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.
Individu menolak atau menentang
lingkungan.
b.
Individu menerima lingkungan.
c.
Individu bersikap netral.
Sedangkan
individu untuk mampu terjun dari keluarga ke masyarakat luas mempunyai beberapa
tahapan sosial yang digambarkan sebagai berikut :
a.
Keluarga (primary group)
b.
Lembaga sosial
c.
Komunitas sosial
d.
Masyarakat sosial
e.
Bangsa
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Prof. Bimo, 1980, Pengantar
Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI
Abu Ahmadi, H. Drs., 1991, Psikologi
Umum, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Monks, Prof.Dr F.J, 2001, Psikologi
Perkembangan, Yogyakarta : Gajah Mada University
Comments
Post a Comment